Syahibul hikayat.Pada waktu desa Nguri masih
berwujud hutan lebat,bayak pohon-pohon besar,semak-semak dengan duri-durinya
yang sulit dirambah serta banyak pula binatang buas didalamnya,datanglah sekelampok
orang yang kabarnya berasal dari daerah Mataram.Mereka selalu menelusuri dari
satu daerah kedaerahan yang lain yang aman.Karena meraka selalu dikejar-kejar
oleh kompeni Belanda.Kelompok itu dipimpin oleh seorang yang bernama KYAI SENGGORO. Kyai Senggoro selalu
mencari akal dan tidak henti hentinya berdoa agar mereka tidak dapat ditangkap
oleh Kompeni Belanda itu.Karena mereka seorang kyai maka dalam perjalanannya
selalu berdoa agar Tuhan selalu memberi perlindungan kepadanya.Anggota
kelompoknyapun selau taat kepada Kyai Senggoro atas segala perintahnya.Kecuali
perintah dalam hal menekuni ibadah sholat,berdoa dan sebagainya pada
waktu-waktunya, juga taat kepada perintah melaksanakan pekerjaan yang lain.
Pada
suatu ketika sampai pada suatu tempat (yang sekarang menjadi desa Nguri ini)
yang di anggap sangat aman. Namun tempat itu masih berwujud hutan belantara.
Mereka berniat menjadi daerah hutan ini menjadi suatu tempat pemukuman.
Maka
dimulailah babad hutan. Ibarat siang malam dengan tekun dan rajinnya mereka
merambah semak – semak, memeotong pohon – pohon besar. Hutan yang telah di
babad dan berupa lahan, diatur dan didirikan rumah – rumah untuk tempat
berteduh dan untuk lahan – lahan pertanian. Kesemuanya tekun mengerjakan
tanahnya sehingga hasil jerih payahnya ini cukup untuk hidup sehari – hari.
Kyai
Senggoro mempunyai seorang anak laki-laki bernama Wongsodrono. Berbeda dengan
ayahnya sebagai Kyai dan petani. Wongsodrono justru senang berdagang. Karena
itu Kyai Senggoro merestui maksud dan pekerjaan berdagang anaknya itu.
Wongsodrono diberi modal untuk berdagang hasil bumi dari daerah itu, karena
pada waktu itu yang diperjual belikan baru hasil bumi.
Namun
kurang beruntung bagi Wongsodrono, karena selama berdagang tersebut mereka
belum pernah memperoleh laba tetapi selalu merugi saja. Berulang kali diberi
modal oleh bapaknya, selalu merugi dan terus habis modal itu (Jw, Cures,
Ngures, Nguris). Wongsodrono sangat jengkel atas usahanya yang selalu gagal
itu. Karena demikian jengkelnya merasakan nasib dirinya yang selalu sial itu,
pada suatu hari dia berkata : besok tempat ini diberi nama NGURI. Dari kata :
Cures, Ngures, Nguris sehingga menjadi desa NGURI sekarang ini. Wongsodrono
sendiri di daerah ini menjadi bekel pertama kali.
Sedangkan lurah atau bekel desa NGURI selanjutnya
adalah :
1.
Sudrono
2.
Irodrono
3.
Markaban